Sejarah Kampus

Sejarah Awal


Kehadiran Universitas Andalas sebagai sebuah perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat bukanlah datang secara tiba-tiba. Hasrat masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi sudah tumbuh semenjak memasuki abad ke-20. Hal itu dapat dipahami karena pada masa itu sudah muncul golongan intelektual dan cendekiawan yang peduli dengan pendidikan anak bangsa. Namun, pemerintahan kolonial Belanda tidak memberi kesempatan sedikitpun untuk mewujudkannya.

Gagasan mendirikan perguruan tinggi di Sumatera Barat kembali mengemuka seiring dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Ir.Soekarno dan Drs.Mohammad Hatta. Para pemuka masyarakat Sumatera Barat merasakan bahwa kebutuhan generasi muda yang terdidik, sangat mendesak. Merekalah yang diharapkan dapat mengisi kemerdekaan dan membawa kemajuan dan kejayaan bangsa di masa datang. Akan tetapi, berhubung pada waktu itu dalam suasana Perang Kemerdekaan, menentang kedatangan bangsa Belanda yang hendak menjajah Indonesia kembali, maka hasrat itu terpendam lagi.

Keinginan itu akhirnya dapat diwujudkan pada tahun 1948 dengan mendirikan 6 (enam) akademi yang terdiri dari Akademi Pamong Praja, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akte A Bahasa Inggris, Akademi Kadet, dan Sekolah Inspektur Polisi. Keenam akademi tersebut berada di Bukittinggi. Keberhasilan mendirikan enam akademi ini semakin memacu para pemuka masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan sebuah universitas.

Pada tahun 1949 pemerintah Indonesia merencanakan untuk mendirikan Fakultas Hukum di Padang, Fakultas Kedokteran di Medan dan Fakultas Ekonomi di Palembang. Namun, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi pada waktu itu, pemerintah Indonesia menunda untuk menyetujuinya.

Akibat penundaan ini, “Yayasan Sriwijaya” berinisiatif untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila (BPTHP) di Padang pada tanggal 17 Agustus 1951. Mengikuti langkah Yayasan Sriwijaya itu, kemudian pemerintah mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Batu Sangkar pada tanggal 23 Oktober 1954, Perguruan Tinggi Negeri Pertanian di Payakumbuh pada tanggal 30 November 1954, dan Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Pengetahuan Alam di Bukittinggi pada tanggal 7 September 1955. Keempat perguruan tinggi itu diresmikan oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Seiring dengan itu, Yayasan Sriwijaya juga menyerahkan BPTHP kepada Pemerintah Propinsi Sumatra Tengah. Semenjak itu BPTHP berganti nama dengan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.

Kelima fakultas itu menjadi cikal bakal dalam mendirikan Universitas Andalas. Oleh karena merupakan universitas yang pertama didirikan di Pulau Sumatera, maka Bung Hatta mengusulkan nama: “Universitas Andalas”, dengan merujuk kepada nama Pulau Sumatera yang waktu itu juga terkenal dengan Pulau Andalas. Sungguhpun nama itu terkesan regional, namun keberadaannya itu tetap dalam kerangka Kebangsaaan Indonesia. Hal itu jelas terbaca dalam piagam pendiriannya: “…guna mempertinggi ketjerdasan Bangsa Indonesia dalam arti jang seluas-luasnja dalam berbagai-bagai Ilmu Pengetahuan”. Di samping itu, dalam lambangnya tertera pula kata: “Universitas Andalas Untuk Kedjayaan Bangsa”. Pada tanggal 13 September 1956 Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta meresmikan pembukaan Universitas Andalas di Bukittinggi.

Pada tahun 1958, untuk pertama kalinya Unand mulai memetik hasil dengan lulusnya Mr. Rudito Rachmad sebagai Sarjana Hukum pertama. Satu tahun berikutnya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat mewisuda pula empat mahasiswanya, yaitu Mr. Herman Sihombing, Mr. Zawier Zienser, Mr. Eddy Ang Ze Siang, dan Mr. Djalaluddin Ilyas.

Universitas Andalas dan PRRI


Suasana politik di Indonesia semakin panas setelah kebijakan Presiden Soekarno merangkul Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemerintahannya. Kebijakan ini tidak disetujui oleh banyak pihak, terutama dari kalangan Islam dan kelompok militer yang anti komunis. Selain itu, sistem sentralisasi yang diterapkan oleh pemerintah pusat juga telah menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan daerah. Melihat langkah Presiden Soekarno itu, pada tanggal 1 Desember 1956, beberapa bulan setelah meresmikan Unand, Mohammad Hatta pun meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden. Sehingga, berakhirlah Dwi Tunggal: Soekarno-Hatta. Beberapa tokoh politik dan militer pun bersepakat untuk “menegur” pusat dengan mendirikan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) pada tanggal 15 Februari 1958. Mereka menjadikan wilayah Sumatera Tengah, khususnya Sumatera Barat, sebagai basisnya.

Banyak dosen dan mahasiswa Unand yang menunjukan kesepahamannya dengan PRRI. Bahkan, mahasiswa Sumatera Barat yang sedang belajar di beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa banyak pula yang pulang untuk mendukung PRRI. Akibatnya, Tentara Nasional Indonesia yang dikirim oleh Presiden Soekarno untuk menghadapi PRRI, juga memporakperandakan kampus Unand yang tersebar di beberapa kota: Padang, Bukittinggi, Batusangkar, dan Payakumbuh serta juga yang baru dibangun di Baso, Agam. Situasi politik pada waktu itu benar-benar tidak kondusif untuk melaksanakan aktivitas perkuliahan. Dosen-dosen yang didatangkan dari luar negeri, terutama dari Eropa, ada yang pulang ke negaranya masing-masing dan ada pula yang pindah keUniversitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Pertanian Bogor (IBP). Pada masa PRRI (1958-1961) itu dapat dikatakan sebagai periode “pasang surut” Universitas Andalas. Aset Unand yang berada di Kampus Payakumbuh berupa rumah dinas dan sebahagian tanah sampai sekarang masih diduduki TNI Angkatan Darat dan menjadi markas salah satu batalyon infanteri 133/Yudha Sakti.

Universitas Andalas Setelah PRRI Sampai Sekarang


Seiring dengan berakhirnya keberadaan PRRI, Unand menata kembali langkahnya menuju masa depan. Pada tahun 1961 Unand membuka kembali Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan memindahkannya ke Padang. Sedang FIPIA baru dapat dibuka setahun kemudian dan itu pun hanya untuk satu Jurusan Biologi.

Perguruan Tinggi Ekonomi yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Pancasila pada tanggal 7 September 1957 juga menggabungkan diri dengan Unand. Pada tanggal 9 Oktober 1963, Unand membuka Fakultas Peternakan. Fakultas ini merupakan yang pertama didirikan di Indonesia. Dengan demikian, sampai tahun 1963 Unand telah memiliki 6 (enam) fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Pertanian, Kedokteran, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, Ekonomi, dan Peternakan. Adapun FKIP telah berkembang menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan sekarang berubah nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).

Setelah kepindahan kampusnya ke Padang, Unand mulai membenahi diri secara menyeluruh, tidak hanya dalam bidang organisasi, dosen, kepegawaian, dan kemahasiswaan saja, tetapi juga di bidang infrastrukturnya dengan membangun gedung-gedung perkuliahan, laboratorium, perpustakaan, perumahan dosen, asrama mahasiswa, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Kampus Air Tawar dibangun untuk Fakultas Pertanian, FIPIA, Fakultas Peternakan, dan FKIP (sekarang: kampus UNP). Adapun Fakultas Ekonomi berada di Kampus Jati (sekarang: Kampus Fakultas Ekonomi Program Reguler Mandiri dan Fakultas Kedokteran Gigi). Sedangkan Fakultas Kedokteran terdapat di dua lokasi: Kampus Jati dan Pondok (sekarang: Kampus Prodi Kebidanan). Fakultas Hukum tetap berada di kampusnya yang lama di Parak Karambia (sekarang: Kampus Program D3 Fakultas Hukum). Rektorat Unand lama yang berada di Kampus Jati (Jalan Perintis Kemerdekaan No 77 Padang) difungsikan sebagai perkantoran Fakultas Ekonomi Reguler Mandiri dan sebahagian lagi telah dibongkar dan saat ini dibangun Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Unand.

Pada tahun 1962, jumlah dosen Unand sudah mencapai 261 orang, termasuk 180 orang dosen luar biasa dan dosen terbang. Adapun mahasiswa telah berjumlah sebanyak 3.920 orang. Dengan demikian Unand memiliki angka ratio dosen-mahasiswa 1 : 15. Selanjutnya, semua fakultas telah berhasil pula mewisuda sarjananya yang pertama. Masing-masingnya adalah Fakultas Pertanian: 4 orang sarjana (1964); Fakultas Ekonomi: 5 orang sarjana (1965); Fakultas Kedokteran: 6 dokter (1965); FIPIA (Jurusan Biologi): 1 orang sarjana (1969); dan Fakultas Peternakan: 1 orang sajana (1970).

Pada tahun 1982 Fakultas Sastra, mulai menerima mahasiswanya untuk angkatan pertama. Pada awalnya fakultas ini bernama Fakultas Sastra dan Sosial-budaya, kemudian berganti nama karena mengikuti SK Diretorat Jendral Pendidikan Tinggi. Konsekwensinya, Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi yang juga dibuka “dititipkan” di Fakultas Sastra.

Kedua prodi menjadi embrio untuk mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Oleh karena itu kedua fakultas dapat diibaratkan dengan dua saudara: “saudara tua” dan “saudara muda”. Kampusnya terletak di Jl. Situjuh, Jati, yang sebelumnya merupakan Labor Fisiologi Fakultas Kedokteran. (sekarang: Gedung Percetakan dan Penerbitan Universitas Andalas dan rumah dinas Rektor). Pada tahun 1986 Fakultas Sastra berhasil mewisuda 7 (tujuh) alumninya yang pertama. Tahun 2011 Fakultas Sastra berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya.

Berikutnya, Unand membuka pula dua Prodi Teknik Mesin dan Teknik Sipil (1985), yang merupakan cikal bakal Fakultas Teknik. Pengelolaan kedua prodi berada di FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),[5] sedangkan dalam pelaksanaan perkuliahannya Unand berkerja sama dengan ITB. Pada tahun 1992 sebanyak 60 orang mahasiswanya berhasil menyelesaikan studinya. Setahun kemudian (13 Mei 1993) pendirian Fakultas Teknik disetujui oleh Dirjen DIKTI.

Sementara itu, PAAP (Pendidikan Ahli Administrasi dan Perusahaan) yang dibuka di Fakultas Ekonomi (1975), pada tahun 1982 berubah menjadi Program Diploma III (D-III) Ekonomi. Unand merintis pula pembukaan dua Fakultas Non-gelar Teknologi (1982): Politeknik Teknologi dan Politeknik Pertanian. Kedua Program Non-gelar Politektik Teknologi dan Pertanian mulai menerima mahasiswanya pada tahun akademik 1987/1988 dan 1988/1989. Kampus Politeknik Teknologi berada di Limau Manih, sedangkan kampus Politeknik Pertanian terdapat di Tanjungpati, Payakumbuh. Kehadiran lembaga pendidikan politeknik dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga ahli tingkat menengah yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan.

Fakultas Kedokteran juga mengembangkan diri dengan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis (SP-1, setingkat S-2) untuk Prodi Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, dan Ilmu Penyakit Mata. Setahun berikutnya (1985) Unand membuka Program Pascasarjana (S-2) melalui program KPK (Kegiatan Pengumpulan Kredit) yang berkerjasama dengan IPB. Pada tahun 1992 Program Pascasarjana ini telah berdiri sendiri dan sejak tahun 2000 mulai pula menerima Program Doktor (S-3) untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Hukum, dan Peternakan, serta Sp-2 untuk kedokteran. Alumni pertamanya yang berhasil meraih gelar doktor adalah Dr.Ir. Isril Berd, M.S. (sekarang: Profesor). Seiring dengan itu, Fakultas Ekonomi mulai pula menerima mahasiswa S-2 untuk program Magister Managemen. Dengan demikian lengkaplah jenjang pendidikan yang dikelola oleh Universitas Andalas, mulai dari Program Non-gelar DIII, Sarjana (S-1), Pascasarjana (S-2), sampai Program Doktor (S-3).

Pada tahun 2008 Unand mengembangkan dua jurusan menjadi dua fakultas. Kedua fakultas itu adalah: 1) Fakultas Teknologi Pertanian yang dikembangkan dari Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, dan 2) Fakultas Farmasi yang berasal dari Jurusan Farmasi, FMIPA.

Pada tahun 2009, Fakultas Kedokteran telah memiliki Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, dan Program Studi Psikologi. Fakultas MIPA telah membuka program studi Sistem Komputer. Fakultas Ekonomi membuka 2 (dua) Jurusan Manajemen dan Ekonomi Pembangunan di Kampus Payakumbuh dengan memanfaatkan bekas kampus Fakultas Pertanian yang lama di Payakumbuh, pembukaan Fakultas Ekonomi Kampus Payakumbuh atas dukungan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh.

Pada tahun 2009 Unand ditetapkan sebagai institusi pengelola keuangan Badan Layanan Umum dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 501/ KMK.05/ 2009, tanggal 17 Desember 2009. Dengan peraturan ini, Unand mempunyai fleksibilitas dalam mengelola keuangan yang bersumber dari pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan berbagai kesulitan serta hambatan pengelolaan keuangan yang bersumber dari pendapatan sendiri telah dapat diatasi secara bertahap.

Pada tahun 2012 Unand telah mempunyai Organisai dan Tata Kerja (OTK) yang baru setelah diperjuangankan semenjak tahun 2007. OTK Unand yang baru tersebut ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 25/ 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Andalas, tanggal 18 April 2018.

OTK Unand yang baru ini membawa babak baru dalam sejarah perkembangan Unand. Pertama, jumlah fakultas bertambah dari 11 menjadi 15 fakultas dan semua lembaga ad hoc termasuk Fakultas Farmasi, Fakultas Teknologi Pertanian dan Program Pascasarjana menjadi lembaga penuh universitas. Empat fakultas baru pada tahun 2012 adalah Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan dan Fakultas Teknologi Informasi. Keempat fakultas baru ini diresmikan pada tahun 2012.

Kedua, nomenklatur pembantu rektor dan pembantu dekan dirubah menjadi wakil rektor dan wakil dekan. Ketiga, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) dan Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) menjadi lembaga penuh, mempunyai tupoksi yang jelas dan dapat bekerja maksimal untuk mendukung kemajuan Unand.

Keempat , menghemat pendapatan yang bersumber dari mahasiswa atau PNBP untuk membayar tujuangan jabatan Wakil Rektor IV, Ketua dan Sekretaris Lembaga, Dekan dan Wakil Dekan serta pejabat struktural di Fakultas Farmasi, Fakultas Teknologi Pertanian, Direktur dan Wakil Direktur Program Pascasarjana. Sekarang semua tunjangan jabatan tersebut sudah dibayar dengan sumber dana rupiah murni, termasuk tunjangan jabatan pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Teknologi Informasi mulai semenjak berdirinya.

Kelima, Politeknik Teknologi dan Poli Teknik Pertanian yang selama ini menjadi bahagian dalam struktur Unand harus dilepas menjadi institusi mandiri. Semenjak awal tahun 2013 telah diproses pemisahan aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan nama institusinya telah berubah dari Polititeknik (Teknologi) Unand menjadi Politeknik Negeri Padang dan dari Politani Unand menjadi Politani Negeri Payakumbuh.  

Pada tahun 2013 Unand telah mempunyai statuta baru. Perubahan statuta ini juga sudah diusulkan semenjak tahun 2007 karena statuta yang berlaku saat itu sangat tidak relevan dan tidak mampu mengakomodasi berbagai tuntuan perkembangan yang terjadi. Statuta Unand yang baru tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 47 tahun 2013, tanggal 13 April 2013. Dalam statuta baru ini Rektor tidak secara otomatis menjadi ketua senat universitas dan tidak semua guru besar secara otomatis menjadi anggota senat universitas. Kemudian guru besar (profesor) diakomodasi dalam organ yang disebut dengan Majelis Guru Besar. Ketua Senat dan Ketua Mejelis Guru Besar pertama berdasarkan statuta Unand yang baru diangkat pada tahun 2013.

Pembangunan Kampus Universitas Andalas Limau Manis


Upaya untuk menyatukan kampus Unand yang tersebar di berbagai tempat di kota Padang telah dilakukan sejak masa Rektor Prof.dr. Busyra Zahir (1968-1976). Usaha itu dilanjutkan oleh Rektor, Prof Drs. Mawardi Yunus. Pada awalnya pembangunan kampus Unand direncanakan di Ulu Gaduik, Kecamatan Lubuak Kilangan. Akan tetapi karena lokasi itu berdekatan dengan pabrik semen “PT Semen Padang” sehingga sangat berpeluang terkena polusinya. Maka, ada tiga alternatif sebagai gantinya: Bukit Tambun Tulang (dekat Lembah Anai); Tunggul Hitam (dekat Bandara Tabing); dan Bukik Karamuntiang. Adapun yang paling memenuhi syarat di antara ketiganya adalah Bukik Karamuntiang. Lokasi itu berada di Kenagarian Limau Manih, Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Pauah dan terletak sekitar 15 km sebelah Timur kota Padang.

Dimulainya pembangunan Kampus Limau Manis (sebutan masyarakat setempat Limau Manih), secara simbolis dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr. Fuad Hassan dengan meletakkan batu pertama pada tanggal 11 Maret 1986. Secara berangsur-angsur dibangunlah gedung: rektorat, perkuliahan, fakultas, jurusan, laboratorium, perpustakaan, asrama, dan sebagainya. Sampai sekarang pembangunan prasarana dan sarana kampus Limau Manis masih terus berlangsung, meskipun sudah mulai dimanfaatkan sejak tahun 1989.

Gedung yang mula-mula dimanfaatkan adalah rektorat, sedangkan fakultas yang pertama pindah adalah Fakultas Sastra (1990). Kemudian mengikuti: Fakultas Ekonomi, Fakultas Peternakan dan FMIPA (1991), Fakultas Pertanian dan Fakultas Hukum (1995). Fakultas Teknik merupakan yang terakhir pindah dari kampus Air Tawar dan kepindahannya juga secara bertahap selama 7 tahun (2000-2007). Sedangkan Fakultas Kedokteran belum pindah karena sekarang. Namun sebahagian kegiatan kuliah telah dilaksanakan di gedung baru Fakultas Kedokteran, Kampus Unand Limau Manis semenjak tahun 2013. Saat ini sedang dilaksanakan pembangunan konstruksi hospital university yang berada di lokasi pengembangan Fakultas Kedokteran Unand, Kampus Unand Limau Manis.

Kampus Unand Limau Manih, diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 September 1995. Dalam pidato peresmiannya, Presiden Soeharto menyampaikan:

“Kita semua berharap agar kampus baru Universitas Andalas ini akan memberikan suasana baru pula kepada segenap sivitas akademikanya. Dengan kampus yang baru ini, saya minta Saudara-saudara untuk bekerja lebih giat dan lebih tekun, agar universitas ini tidak saja menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, tetapi mampu pula menghasilkan pemikiran-pemikiran segar bagi kemajuan bangsa serta menghasilkan penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya percaya, bahwa generasi muda yang menuntut ilmu di universitas ini, adalah generasi baru yang bersemangat dan mempunyai tekad baru untuk meneruskan perjuangan para pendahulu kita, ialah mengisi kemerdekaan dengan amal-amal perbuatan nyata, yang dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat”.

Kampus Unand Limau Manih, luasnya sekitar 500 hektar dan berada pada ketinggian ± 200 m di atas permukaan laut. Kampus ini menghadap ke Kota Padang dengan pemandangan Samudera Hindia yang biru membentang di sebelah Barat. Pada bagian Timur berjajar bukit barisan. Sementara di sisi Utara dan Selatannya terdapat lembah yang masing-masingnya dialiri oleh anak sungai. Kondisi alamnya asri dan hijau, tentu memberikan suasana yang nyaman dan panorama alam yang indah. Sudah tentu Kampus Unand Limau Manis amat kondusif untuk belajar dan meneliti untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kejayaan bangsa. 

Semenjak tahun 2008 pembangunan gedung baru untuk memenuhi berbagi kebutuhan terus berlansung sampai sekarang. Gedung kuliah bersama mengalami pertambahan sebanyak tiga unit (Gedung Kuliah G, H, dan I). Kemudian Program Pascasarjana telah memiliki gedung tersendiri semenjak tahun 2011 dan Fakultas Keperawatan juga telah mempunyai gedung tersendiri semenjak tahun 2012.

Pembangunan gedung yang sedang berjalan saat adalah Dekanat dan laboratorium Fakultas Kedokteran. Meskipun kegiatan sebahagian perkuliahan telah dimulai semenjak tahun 2013, Fakultas Kedokteran masih memerlukan tambahan dua unit gedung laboratorium. Setiap perguruan tinggi yang mempunyai fakultas kedokteran diwajibankan mempunyai rumah sakit universitas (university hospital), Unand juga telah memulai pembangunan rumah sakit universitas yang diharapkan beroperasi tahun 2015.

Meskipun Kampus Unand Limau Manis luasnya 500 hektar, kawasan yang dapat dibangun dengan aman hanya seluas 135 hektar. Selebihnya adalah kawasan hutan lindung dan hutan tanaman obat Sumatera yang dimiliki Unand, padang gembala ternak dan lurah dengan kemiringan yang tajam. Kawasan yang dapat dibangun seluas 135 hektar tersebut sudah hampir seluruh digunakan sesuai dengan master plan pembangunan Kampus Unand Limau Manis.

Kampus Universitas Andalas di Luar Domisili


Untuk meningkatkan daya tampung dan memanfaatkan aset yang dimiliki, Unand telah membuka kampus di luar domisili. Pengertian kampus di luar domisili adalah kampus yang melaksanan proses belajar dan mengajar di luar kampus induk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi. Sampai saat ini Unand telah mempunyai dua kampus di luar domisili, yaitu di Payakumbuh (Kampus II Unand) dan Dharmasraya (Kampus III Unand).

Kegiatan Kampus Unand II Payakumbuh dimulai tahun 2009 dengan dua prodi di bawah pengelolaan Fakultas Ekonomi. Kedua prodi tersebut adalah Prodi Ekonomi Pembangunan dan Manajemen. Kemudian pada tahun 2012 ditambah lagi Prodi Ilmu Peternakan. Selanjutnya kegiatan Kampus Unand III di Dharmasraya dimulai tahun 2012 dengan membuka Prodi Argoekoteknologi.

Rektor-Rektor Universitas Andalas


No Nama Periode Nama Jabatan
1 Prof.dr. M.Syaaf 1956-1958 Presiden
2 Prof.dr. A. Roesma 1958-1964 Presiden
3 Prof.Drs. Harun Al Rasyid Zein 1964-1968 Rektor
4 Prof.dr. Busyra Zahir 1968-1976 Rektor
5 Prof.Drs. Mawardi Yunus 1976-1984 Rektor
6 Prof.Dr.Ir. Jurnalis Kamil, M.Sc. 1984-1993 Rektor
7 Prof.Dr.Ir.H. Fachri Achmad, M.Sc. 1993-1997 Rektor
8 Prof.Dr.H. Marlis Rahman, M.Sc. 1997-2006 Rektor
9 Prof.Dr.Ir.H. Musliar Kasim, M.S. 2006-2011 Rektor
10 Prof. Dr.H.Werry Darta Taifur,SE.,MA 2011-2015 Rektor
11 Prof. Dr. Tafdil Husni, SE., M.B.A 2015-2019 Rektor
12 Prof. Dr. Yuliandri, SH, MH 2019-2023 Rektor
13 Dr. Efa Yonnedi, SE. MPPM, Akt, CA, CRGP 2023-2027 Rektor

 

Untuk mengisi masa transisi karena Rektor yang sedang menjabat mendapat tugas lain dari negara, maka semenjak berdiri Unand juga pernah dipimpin oleh dua orang Pejabat Sementara (Pjs) Rektor sebagai berikut:

 

No Nama Periode Jabatan
1  Prof. Dr. Edison Munaf, M.Eng  2005  Pjs Rektor 16 Agustus s/d 10 Oktober 2005
2  Dr. Ir. Febrin Anas Ismail  2011  Pjs Rektor15 Juli s/d 21 November 2011

Keterangan

[1] Nama Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat diganti dengan Fakultas Hukum pada tahun 1983 sesuai dengan SK Mendikbud No. 0538/O/1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di Lingkungan Universitas Andalas

[2] Universitas Andalas disingkat dengan Unand (Statuta Universitas Andalas lama dan Statuta Universitas Andalas yang baru).

[3] Sebelumnya, Prof.Dr.Mr. Muhammad Yamin mengusulkan nama Universitas Adityawarman. Nama itu berasal dari nama Raja Adityawarman yang pernah memerintah di Minangkabau. Ia hidup sezaman dengan Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit dan banyak meninggalkan prasasti (batu basurek) di daerah Tanah Datar.

[4] Pemberian nama Pulau Andalas disebabkan karena di pulau ini tumbuh pohon andalas (Minangkabau: andaleh; Latin: morus macroura Miq) dan pohon andalas itu merupakan tanaman endemik (tumbuhan yang hanya ada) di Pulau Sumatera. Oleh karena itu pulalah Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat menetapkannya sebagai “Flora Maskot” Sumatra Barat (SK Gubernur Sumatera Barat No. 522-414-1990, tertanggal 14 Agustus 1990). (Aswaldi Anwar, “Tanaman Andalas, Flora Maskot Sumatra Barat”, Gema Andalas No. 4 Th 11, 2006).