Proses pemilihan umum di tahun 2024 telah berakhir, namun dampak pemilu 2024 masih terasa. Di balik gemuruh kampanye, debat pasangan calon yang sengit, serta berbagai janji manis yang disampaikan, diksi kampanye seringkali tidak terlalu diperhatikan. Pilihan kata yang dirangkai kandidat dan tim paslon bukan sekedar huruf, melainkan sarana retorika yang efektif dalam membentuk opini publik, membangkitkan emosi massa, serta berpengaruh besar terhadap jumlah suara yang akan diperoleh nantinya.  Tulisan ini akan membahas betapa pentingnya penggunaan pilihan kata dalam pemilu 2024. Pembahasan akan meliputi strategi penggunaannya, trend kata-kata atau istilah kekinian yang banyak dipakai, serta menganalisis dampaknya terhadap dinamika politik Indonesia saat ini.

Sebagai pendengar, anda mungkin merasakan kenapa ada beberapa pidato dari paslon begitu menarik, dan mampu membangkitkan semangat, sementara yang lain terasa biasa saja sehingga cepat terlupakan? Atau bagaimana sebuah slogan kampanye bisa dengan cepat melekat di benak publik dan menjadi bahasa sehari-hari? Seringkali jawabannya ada pada diksi atau pilihan kata yang digunakan. Dalam dunia politik, diksi merupakan elemen kunci penghubung antara gagasan mendalam dari para kandidat agar dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat pemilih.

Diksi sebagai pembentuk Citra, hal pertama yang perlu diketahui adalah diksi berperan penting dalam membentuk citra paslon. Kandidat dapat menciptakan personal branding yang mereka inginkan melalui pilihan kata yang cermat. Apakah ingin terlihat sebagai pemimpin yang tegas dan berani mengambil keputusan? Atau sosok pemimpin merakyat yang dekat dengan rakyat kecil? Atau bahkan seorang visioner dengan visi yang jelas ke depan, atau malah pribadi yang penuh pengalaman dan kebijaksanaan? Setiap kalimat yang disampaikan kan menciptakan kesan di masyarakat luas. Diksi membangun narasi, poin kedua adalah diksi membentuk narasi. Kata-kata ibarat seperti benang yang menyusun narasi kampanye. Narasi yang kuat, logis, dan gampang dicerna jauh lebih efektif dalam menyampaikan pesan inti dan mengaitkan janji-janji politik yang ditawarkan. Pesan akan kacau dan sulit diingat tanpa narasi yang jelas. Diksi sebagai pembeda, poin terakhir adalah diksi menjadi ciri khas yang membedakan kandidat. Di tengah banyaknya janji politik yang mungkin terlihat mirip, pilihan kata yang unik dan berkarakteristik bisa menjadi pembeda utama. Ini menciptakan jati diri yang kuat, membuat suatu kandidat menonjol sehingga tidak mudah dilupakan.

Tren diksi dalam kampanye pemilu 2024 merupakan sebuah dinamika yang berwarna, pemilu 2024 menampilkan beragam gaya komunikasi yang menarik. Mari kita amati beberapa diksi paling menonjol yang digunakan :

1. "Gercep", "Sat-set", dan Bahasa Gaul lainnya

Penggunaan bahasa informal adalah salah satu bahasa yang paling sering digunakan, bahkan istilah kekinian. Ini terutama datang dari kandidat yang ingin menarik pemilih muda. Kata-kata seperti "gercep" (gerak cepat), "sat-set" (cekatan), atau singkatan populer lainnya sering muncul dalam pidato atau konten media sosial mereka. Tujuannya jelas yaitu untuk mendekatkan diri dengan target pemilih, menciptakan kesan yang sesuai dengan kondisi terkini, dan membuang kesan formal politik yang sering membuat generasi muda merasa tidak relevan. Ini adalah upaya untuk berbicara dalam bahasa mereka.

2. Diksi yang Merangkul dan Menyeluruh

Beberapa kampanye banyak memilih menggunakan diksi yang mencakup semua pihak, menekankan persatuan, keberagaman, dan semangat kebersamaan. Frasa seperti "bersama membangun Indonesia", "untuk seluruh rakyat tanpa terkecuali", atau "gotong royong untuk kemajuan"sering muncul. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati dari berbagai lapisan masyarakat dan menunjukkan bahwa mereka mewakili semua kalangan.

3. Penekanan pada Keberlanjutan dan Visi Masa Depan

Isi isu penting seperti keberlanjutan lingkungan, ekonomi ramah lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan juga mendominasi pilihan kata beberapa kandidat. Frasa seperti "masa depan yang cerah dan berkelanjutan", "transformasi digital", dan "inovasi tiada henti" menjadi andalan untuk menarik pemilih yang peduli dengan isu jangka panjang dan generasi mendatang. Ini menunjukkan bahwa mereka sadar akan tantangan global.

4. Tarik Ulur Diksi Teknis vs Populis

Terlihat pola persaingan antara gaya bahasa yang cenderung teknis dan berbasis data (sering dipakai kandidat yang ingin menunjukkan profesionalisme dan keahlian) dengan gaya bahasa yang lebih populer, sederhana, dan mudah dipahami masyarakat luas. Kandidat yang berlatar belakang ahli mungkin akan menggunakan pilihan kata seperti "indeks gini"atau "kebijakan fiskal". Sementara kandidat populis akan berbicara tentang "harga kebutuhan pokok" dan yang lainnya.

5. Pengaruh Metafora dan Analogi

Untuk menjelaskan ide-ide yang rumit dan abstrak agar gampang dicerna, kandidat seringkali memakai metafora dan analogi sederhana yang dekat dengan keseharian masyarakat. Contohnya, mereka bisa menggambarkan pertumbuhan ekonomi sebagai "tanaman yang harus dirawat"atau masalah birokrasi sebagai "benang kusut yang harus diurai". Hal ini untuk membantu pesan yang disampaikan kandidat agar lebih mudah diingat.

Agar analisis diksi lebih jelas, mari kita kaji gaya komunikasi setiap pasangan calon yang berkompetisi di Pemilu 2024 :

1. Diksi pasangan Anis – Muhaimin (AMIN)

Pasangan AMIN cenderung menggunakan diksi yang fokus pada perubahan. Berdasarkan dari berita harian CNN Indonesia (2023) dengan judul artikel "Gaya Kampanye Amin Sepekan : Acara Milenial, Kerap Ucapkan Perubahan. Kampanye AMIN seringkali menggunakan kata “perubahan” seperti yang diamati, diksi berulang kali diucapkan oleh Anies saat menemui masyarakat dalam sepekan masa kampanye pilpres 2024. Slogan dan pidato mereka kerap menggambarkan visi Indonesia yang lebih adil dan memberi ruang lebih luas bagi semua masyarakat dengan penekanan pada penyelesaian masalah-masalah dasar.

2. Diksi pasangan Prabowo– Gibran

Diksi pasangan ini lebih sering menggunakan tema keberlanjutan, percepatan pembangunan, persatuan, dan kekuatan nasional. Seperti pada visi yang dapat diakses pada artikel TBNews (2024) dengan judul artikel Mewujudkan Indonesia Emas 2045? Inilah 8 Misi Besar Prabowo-Gibran yang Siap Mengubah Segalanya. Melihat pada sumber yang telah dijelaskan, pasangan Prabowo-Gibran menegaskan komitmen keberlanjutan pembangunan, percepatan, serta persatuan nasional untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Frasa seperti "merangkul semua", "Indonesia maju", "adil makmur", dan "gerak cepat" adalah strategi kampanyenya. Penekanan pada "makan siang gratis" sebagai janji populis adalah contoh penggunaan diksi yang rumit, tetapi mudah dipahami masyarakat.

3. Diksi pasangan Ganjar– Mahfud

Pasangan ini seringkali menggunakan diksi yang berfokus pada rakyat kecil, penegakan hukum, reformasi birokrasi, dan kesederhanaan. Mereka secara konsisten memakai frasa seperti "wong cilik", "tegas", "bersih", "cepat", dan "memberantas korupsi" seperti yang terdapat terdapat dalam jurnal "Fungsi Jargon Bakal Calon Presiden Indonesia Periode 2024-2029 Dalam Acara '3 Bacapres Bicara Gagasan' Mata Najwa" (Kevin Ermano dan Dianita Indrawati 2024).

Pemilu 2024 menunjukkan betapa pentingnya pilihan kata dalam kampanye politik. Setiap kata yang digunakan dan disebarkan ke masyarakat luas memiliki dampak signifikan dalam mempengaruhi pemilih. Ini membuktikan bahwa dibalik dinamika demokrasi, ada ada peran dari strategi bahasa yang rumit. Dengan memahami pengaruh pilihan kata ini, pemilih akan menjadi lebih kritis, tidak mudah terprovokasi, dan lebih bijak dalam menganalisis informasi politik.