Padang (UNAND) - Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas menjalin kolaborasi strategis dengan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian AID, Kementerian Keuangan RI, melalui gelaran Talk Show bertema “Indonesian AID: Mempererat Diplomasi, Memperkuat Ekonomi”, yang diselenggarakan pada Selasa (27/5) di Ruang Seminar Gedung I, Kampus Limau Manis.
Kegiatan ini menjadi bagian dari penjajakan kerja sama antara Indonesian AID dan Universitas Andalas yang digagas oleh Departemen Hubungan Internasional. Talk show dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I FISIP, Dr. Tengku Rika Valentina, dan dilanjutkan dengan keynote speech dari Direktur Keuangan Indonesian AID, Vigo Widjanarko, MM. Dalam sambutannya, Vigo menekankan pentingnya peran Indonesian AID dalam memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global, baik dari sisi diplomasi maupun kepentingan ekonomi.
Dipandu oleh moderator Denny Yarmawati, MA (Dosen HI FISIP UNAND), acara ini menghadirkan narasumber dari Indonesian AID, Azhar Basyir, serta Apriwan, MA, Ph.D., yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Hubungan Internasional FISIP UNAND. Kegiatan ini berhasil menarik antusiasme lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan, baik dari Universitas Andalas maupun luar kampus.
Talk show berlangsung dinamis dengan pemaparan yang menggabungkan pendekatan praktis dan akademik. Azhar Basyir mengulas sejarah dan peran Indonesia sebagai donor baru (emerging donor) dalam kerja sama pembangunan internasional, terutama melalui program hibah ke negara-negara berkembang di kawasan Pasifik. Program tersebut tidak hanya menjadi instrumen penguatan hubungan diplomatik, tetapi juga membuka peluang kerja sama ekonomi strategis.
Sementara itu, Apriwan menyoroti posisi Indonesia sebagai middle power yang kini bertransisi dari penerima menjadi pemberi bantuan. Ia menekankan pentingnya menavigasi antara kepentingan normative yakni kontribusi terhadap perdamaian dan ketertiban dunia dan kepentingan pragmatis seperti kepentingan politik dan ekonomi nasional.
Isu geopolitik turut menjadi sorotan, terutama ketegangan antara donor tradisional dari negara-negara OECD dan emerging donors dalam skema Kerja Sama Selatan-Selatan. Gap antara Global North dan Global South dalam agenda pembangunan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Sebagai penutup, disampaikan harapan agar kerja sama antara Indonesian AID dan Universitas Andalas dapat terus dikembangkan, khususnya dalam bentuk pelibatan akademisi dan mahasiswa dalam berbagai program hibah, pelatihan, dan riset bersama.
Talk show ini menegaskan peran penting Indonesian AID sebagai alat diplomasi dan soft power Indonesia dalam memperkuat posisi globalnya sebagai kekuatan menengah yang aktif dalam kerja sama internasional.(*) rilis
Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik