Sawahlunto (Padang) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas (UNAND) yang ditempatkan di Desa Silungkang Tigo, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menggagas inovasi pemanfaatan limbah kain tenun songket menjadi keset kaki bernilai jual. Program ini bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus membuka peluang usaha bagi warga desa.
Desa Silungkang Tigo dikenal sebagai sentra pengrajin tenun songket dengan motif indah dan kualitas tinggi. Namun, proses produksi kain tersebut menghasilkan sisa kain perca dan benang yang selama ini jarang dimanfaatkan dan kerap dibuang atau dibakar. Kondisi ini mendorong mahasiswa KKN UNAND melakukan observasi di salah satu pabrik tenun di Jembatan Merah, Silungkang Oso, sebelum akhirnya mengolah limbah menjadi produk kerajinan.
Fauzan tim KKN UNAND sekaligus penanggung jawab program kerja ini menjelaskan, pembuatan keset kaki dipilih karena prosesnya sederhana, modal kecil, dan memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi. “Keset dibuat dari potongan kain tepi tenun sepanjang sekitar 3,5 meter, dipadukan dengan tali plastik kuning, lalu dianyam menggunakan alat dari kayu dan besi. Satu keset dapat selesai dalam waktu 20 menit,” ujarnya pada Jumat (8/8).
Harga jual keset berkisar Rp20.000 – Rp25.000 per unit, dengan pemasaran dilakukan secara daring melalui platform seperti Shopee, Lazada, dan Facebook, maupun secara luring di pasar tradisional. Sebelumnya, program serupa pernah digagas oleh Kepala Dusun Silungkang Tigo, Ferinof, namun kurang mendapat minat warga. Kehadiran mahasiswa KKN diharapkan dapat membangkitkan kembali antusiasme masyarakat.
Program kerja ini menjadi wujud nyata kontribusi Tim KKN UNAND, yang berhasil meraih hibah pendanaan Universitas Andalas melalui skema Program Kemitraan Masyarakat Terintegrasi dengan Kegiatan Mahasiswa (PKM-TKM). Kegiatan ini dilaksanakan di bawah arahan langsung Dosen Pembimbing Lapangan, Revi Marta, M.I.Kom.
Selain mengurangi limbah dan menjaga lingkungan, hadirnya program kerja ini juga diharapkan menjadi sumber penghasilan tambahan serta membuka lapangan kerja di desa.
“Harapannya, melalui karya inovatif dan kolaboratif antara mahasiswa dan masyarakat akan dapat menjadikan desa Silungkang Tigo menjadi kampung tenun sebagai sentral tenun. Tidak hanya kain songket, harapannya akan semakin banyak turunan
Ke depan, pemanfaatan limbah tenun diharapkan tidak hanya terbatas pada keset, tetapi juga berkembang menjadi produk kreatif lain seperti tas, dompet, taplak meja, hingga bantal hias, dengan potensi menjadi oleh-oleh khas Sawahlunto.(*)
Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik