Padang (UNAND) - Universitas Andalas (UNAND) melalui Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) meneguhkan peran akademisi dalam mendorong pengelolaan industri sawit secara berkelanjutan.

Komitmen ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Seminar Nasional bertajuk “Pengelolaan Industri Sawit Secara Berkelanjutan”, yang menjadi bagian dari rangkaian Konferensi dan Rapat Kerja Nasional Badan Kerja Sama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) serta Pertemuan Forum Pimpinan Pascasarjana (Forpimpas) Wilayah Barat pada (31/7) di The ZHM Premiere Hotel, Padang.

Kegiatan ini menghadirkan berbagai tokoh penting, di antaranya Ketua Forpimpas Wilayah Barat, Prof. Dr. H. Aan Asphianto, S.Si., S.H., M.H.; Ketua BKPSL, Prof. Anwar Daud, SKM., M.Kes.; dan Rektor Universitas Andalas yang diwakili oleh Prof. Apt. Henny Lucida, Ph.D. Juga hadir Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Kelestarian Sumber Daya Keanekaragaman Hayati dan Sosial Budaya, Nur Adi Wardoyo, yang mewakili Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH RI. Dukungan dari pemerintah daerah terlihat dari kehadiran Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat, Febrina Trisusila Putri, SP., M.Si., mewakili Gubernur Sumatera Barat.

Nur Adi Wardoyo menyampaikan bahwa industri kelapa sawit merupakan sektor strategis dalam perekonomian nasional. “Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara, penyediaan lapangan kerja, serta pembangunan daerah,” ujarnya.

Ia mencatat bahwa ekspor lemak dan minyak nabati, termasuk sawit, mencapai 14,43 miliar USD. Namun demikian, ia menekankan bahwa manfaat ekonomi ini diiringi tantangan besar, terutama dampak lingkungan dan sosial.

“Perluasan lahan sawit sering menyebabkan deforestasi dan merusak keanekaragaman hayati. Praktik pembukaan lahan dengan pembakaran, limbah industri, serta sengketa lahan dengan masyarakat lokal juga menjadi isu yang harus diselesaikan melalui pendekatan berkelanjutan,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya penerapan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), pelestarian hutan, pengelolaan limbah, dan kehutanan sosial sebagai bagian dari solusi. Ia juga menegaskan pentingnya peran pendidikan tinggi sebagai garda terdepan dalam menciptakan pusat inovasi dan edukasi keberlanjutan di Indonesia.

Sementara itu, Prof. apt. Henny Lucida, Ph.D. menyambut baik penyelenggaraan seminar ini yang bersamaan dengan Rakernas BKPSL dan pertemuan Forpimpas Wilayah Barat. Ia menilai kolaborasi lintas sektor yang hadir dalam forum ini, termasuk dari kementerian, pemerintah provinsi, pelaku usaha, dan akademisi menjadi peluang untuk membentuk ekosistem bisnis yang berkelanjutan.

“Kami berharap limbah industri sawit bisa diolah menjadi sumber energi terbarukan yang menggantikan bahan fosil untuk kebutuhan industri. Seminar ini diharapkan memberikan pencerahan dan membawa manfaat tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia, karena isu keberlanjutan lingkungan adalah perhatian bersama,” tutupnya.(*)

Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik