Padang (UNAND) - Universitas Andalas (UNAND) kembali menggelar Pelatihan Manajemen Risiko Batch III selama tiga hari, 25–27 Agustus 2025, di Gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Kegiatan ini diikuti oleh pimpinan dan staf dengan tujuan memperkuat pemahaman serta implementasi manajemen risiko dalam tata kelola perguruan tinggi.

Direktur PT AKSI, Muhidin menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko di perguruan tinggi, khususnya bagi UNAND sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH). “Manajemen risiko menjadi kunci dalam menjaga kualitas dan reputasi institusi. Harapannya, pelatihan ini membawa manfaat nyata bagi UNAND, bahkan ke depan bisa menjangkau universitas-universitas lain di Sumatera Barat,” ungkap Muhidin yang sebelumnya berkarir di sektor perbankan.

Ia menambahkan, pengalaman di dunia perbankan menunjukkan setiap bulan manajemen harus mengetahui profil risiko agar dapat segera dimitigasi. “Setelah pelatihan ini, para peserta diharapkan memiliki alat bantu dalam menyusun profil risiko yang bisa menjadi dasar pengambilan keputusan pimpinan untuk meminimalisir risiko yang ada,” tegasnya.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber antara lain Prof. Henmaidi, ST., M.Eng.Sc., Ph.D., CRA., CRP, Dr. Aidinil Zetra, Ir. Armijal, ST., M.Eng., CRP, Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, S.Ked, M.KM., CRP, Mesa Fadila, S.KM., M.AP., CRA., CRP, dan Prof. Reflinaldon.

Sekretaris Universitas Andalas, Dr. Aidinil Zetra, juga menekankan bahwa risiko bisa muncul dalam berbagai aspek kehidupan perguruan tinggi, mulai dari perencanaan, pelayanan publik, hingga pengelolaan anggaran.

Ia mencontohkan kasus salah satu universitas besar di Indonesia yang reputasinya terguncang akibat kesulitan memenuhi permintaan publik atas dokumen penting. “Hal yang tampak sepele, karena tidak terkelola dengan baik, justru berimbas pada runtuhnya reputasi,” ujarnya.

Menurutnya, pengelolaan risiko bukan hanya untuk mengurangi kerugian, tetapi juga menjaga akreditasi, reputasi, dan kepercayaan publik terhadap universitas.

“Dengan pelatihan ini, kita berlatih bersama membangun budaya sadar risiko. Kita harus menyadari bahwa risiko hadir di setiap langkah yang dilaksanakan, sehingga perlu dikelola secara sistematis dan berkelanjutan,” pungkasnya.(*)

Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi Publik